12/26/09

2010: Mendahulukan Moral daripada Hukum

Jakarta - Tayangan berita televisi di tanah air diramaikan berita-berita yang sangat mengerikan. Berita-berita kekerasan tak pernah sepi dari incaran siaran televisi. Mulai dari berita kekerasan terhadap pedagang kaki lima, kekerasan rumah tangga, pejabat, menteri, eksekutif pemerintahan sampai yang dilakukan para artis, semuanya ada ributnya. 

Berita Prita sangat menyita mata pemirsa televisi. Sidang peradilan antara pasien dengan pengelola RS Omni International belum menampakkan kejelasan. Semua menuntut keadilan di negeri yang ramah dengan penduduknya. Permasalahan prita belum selesai berita televisi beramai-ramai mengekpos berita tentang Bank Century yang dikabarkan memiliki masalah terhadap bangsa yang sedang berusaha mengentaskan kemiskinan dan pemberantasan korupsi. 

Selain itu juga suporter bola di tanah air pun tak mau ketinggalan meramaikan pameran keributan di televisi. Keributan antar pendukung fanatik kesebelasan ikut meramaikan kriminalitas di tanah air yang sedang berusaha membenahi hukum untuk keadilan di negeri yang menjujung tinggi keadilan. 

Tetapi, hukum tetaplah hukum yang tak berujung pangkalnya. Keadilan di negeri ini sangatlah mahal harganya. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Itulah sila dari butir Pancasila.

Wakil presiden dan menteri keuangan sedang diuji. Banyak kalangan mengharapkan untuk non aktif dari jabatannya sebagai pejabat pemerintah. Pimpinan Muhammadiyah dan NU menyarankan untuk non aktif dahulu dari pemerintahan demi kelangsungan pemeriksaan. Tetapi, kata sebagian masyarakat tiada landasan hukum untuk penonaktifannya. Ini menandakan hukum lebih utama dari moral.  

Kalangan artis pun mendapatkan cipratan dari permasalahan negeri ini. Artis cantik Luna Maya sedang berurusan dengan wartawan karena dikabarkan menghina profesi para wartawan. Mereka sedang mencari keadilan di negeri ini seperti juga para pedagang kaki lima yang selalu diburu para petugas dengan alasan ketertiban lingkungan.

Negeri yang 'gemah ripah loh jinawi' pepatah jawa mengatakan dan 'tongkat pun jadi tanaman' kata dalam syair Koes Plus. Tetapi, masyarakat tak mendapatkan keindahan syair tersebut. Mereka harus selalu berhubungan dengan aparat. 

Satpol PP untuk mendapatkan sebungkus nasi mereka harus adu otot dahulu. Bahkan, kalau perlu menangis darah. Mereka berani berkorban demi keluarganya. Bahkan, kalau diperlukan mereka pun siap berkorban demi bangsa (berapa banyak korban penggusuran demi kemajuan infrastruktur itulah bukti pengorbanan mereka untuk bangsa ini). 

Negeri impian harapan setiap rakyat. Tapi, keadilan sangat susah didapatkan. Padahal dalam Pancasila disebutkan 'Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia'. Bukan 'Keadilan Bagi yang Punya Jabatan Atau Uang'. Uang adalah segalanya untuk membeli keadilan di negeri ini. 

Banyak permasalahan yang harus dihadapi oleh negeri ini. Pasti ada sistem yang salah dari negeri ini. Negeri yang terbangun dari semangat reformasi. Negeri yang sedang menggeliat menghalau ketidakadilan bertubi-tubi dihantam dengan badai topan masalah.

Inilah gambaran bangsa menjelang tahun baru 2010. banyak PR yang harus diselesaikan. Banyak masalah yang harus diperbaiki. Baik dalam segi kepemerintahan, perpolitikan, sosial, budaya, seni, dan lain-lain. 

Akhlak atau moral harus didahulukan dari segalanya. Sebab, sejelek-jeleknya sistem jika dipegang oleh orang yang bermoral maka jauh lebih bermanfaat bagi yang lainnya. Tetapi, sebaliknya. Secanggih apa pun teknologi dan sistem tetapi berada di tangan orang yang tak bermoral akan mendatangkan bahaya dan membahayakan. 

Masyarakat kini sedang rusak dan diperlukannya perbaikan dari segi lini kehidupan. Imam Ghozali pernah berkata. "Kerusakan masyarakat adalah disebabkan oleh pejabat. Kerusakan pejabat disebabkan kerusakan para ulamanya. Dan, kerusakan ulama karena harta dan kedudukan". Dari ungkapan ini dapat kita mengevaluasi diri. 

Kerusakan ini beruntun saling silih berganti. Mengubahnya pun tidak semudah membalik tangan. Perlu sebuah proses panjang dan kerja sama yang kokoh. Banyak cerita kehancuran sebuah kekuasaan disebabkan tak bermoralnya masyarakat, penguasa, para ilmuan yang mendewakan harta dan jabatan. Mungkinkah bangsa ini dari golongan tersebut? 

Sekarang mana yang harus didahulukan. Moral atau hukum? Jika hukum yang didahulukan tetapi pelaku hukum tak bermoral akan mengakibatkan kerusakan yang semakin besar. Tapi, jika moral yang didahulukan pastinya hukum tak akan bermanfaat. Sebab, adanya hukum adalah untuk menindak orang-orang yang tak bermoral. 

Semoga tahun 2010 Indonesia lebih baik. Menjadi bangsa yang bermartabat. Bangsa yang berperadaban. Bangsa yang berilmu pengetahuan. Bangsa yang relegius. Berkibar benderaku. Terbang keawan garudaku. Subur makmur tanahku. Jayalah Indonesia